KEMERDEKAAN KAUM MUSLIMIN DULU DAN SEKARANG...
oleh : Ust. Abu Tholut, حفظه الله تعالى
(Qoid Mahkamah Syari'ah Jamaah Ansharu Syariah)
1.Tujuan dari Syari'at Islam, yang belum bisa terwujud secara total saat ini adalah :
Memelihara Agama (حفظ الدين), Memelihara Jiwa (حفظ النفس), Memelihara Akal. (حفظ العقل), Memelihara Keturunan (حفظ النسل) Memelihara Harta (حفظ المال)
2. Makna kemerdekaan hakiki seorang hamba adalah tercermin dari atsar seorang Rib'iy bin Amir, رضي الله عنه yang diutus oleh Sa'ad bin Abi Waqash رضي الله عنه untuk bertemu Rustum, salah seorang panglima Persia dalam Perang Qadisiyyah :
الله ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل الاسلام، فأرسلنا بدينه إلى خلقه لندعوهم إليه، فمن قبل ذلك قبلنا منه ورجعنا عنه، ومن أبى قاتلناه أبدا حتى نفضي إلى موعود الله.
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah.” (Al-Bidayah Wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir)
3. Seorang sahabat Rib'iy رضي الله عنه diberikan kemampuan oleh Allah untuk mengaplikasikan aqidah & izzah seorang mukmin melalui lisan & perbuatannya, meski beliau bukan seseorang yang menonjol di kalangan para sahabat, tapi ucapannya menjadi pembahasan keilmuan sampai sekarang, ini dikarenakan tingkat ketaqwaan nya yang tinggi, sesuai firman Allah,
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ.
"Dan bertakwalah kepada Allah; Allah (akan) mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
(Q.S. Al Baqarah : 282)
Dan ini menjadi ibroh bagi kita, bahwa meski kita serba terbatas di dalam beramal, Allah tetap akan menilai sejauh mana usaha kita di dalam memaksimalkan potensi yang kita miliki di dalam beramal & beribadah, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم berikut ini,
اِستَقِيمُوا وَلَن تُحصُوا.
“Istiqomahlah dan kalian tidaklah akan mampu (untuk istiqomah dalam semua ketaatan dengan sebenar-benar istiqomah).”
(HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani)
Ibnu Rajab رحمه الله تعالى berkata menjelaskan hadits di atas,
وقد أخبر النَّبيُّ- صلى الله عليه وسلم- أنَّ الناس لن يُطيقوا الاستقامةَ حقَّ الاستقامةِ، كما خرَّجه الإمام أحمد وابن ماجه من حديثِ ثوبانَ عن النَّبيِّ -صلى الله عليه وسلم-
قال: ((استَقيموا ولن تُحْصوا))
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa manusia tidaklah mampu untuk istiqomah dengan sebenar-benar istiqomah sebagaimana hadits yang dikeluarkan (diriwayatkan) oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari hadits Tsauban dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata,
اِستَقِيمُوا وَلَن تُحصُوا
“Istiqomahlah dan kalian tidaklah akan mampu (untuk istiqomah dalam semua ketaatan dengan sebenar-benar istiqomah).”
Dari ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda,
« سَـدِّدُوا وَقَارِبُـوا وَأَبْشِـرُوا فَإِنَّـهُ لَا يُدْخِـلُ أَحَـدًا الْجَنَّـةَ عَمَلُـهُ »
“Berlaku luruslah, mendekatlah, dan berikan berita gembira. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang masuk ke dalam surga karena semata-mata amalannya.”
Para sahabat bertanya,
وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Tidak pulakah anda wahai Rasulullah...?”
Rasulullāh ﷺ menjawab,
« وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ »
“Begitu pula denganku, kecuali apabila Allāh meliputiku dengan ampunan dan kasih sayang-Nya.”
(HR. Bukhari 2427 & Muslim 2818)
4. Pribadi yang merdeka bagi diri seorang Muslim adalah saat dia tetap Istiqomah dalam keimanan melalui sifat sabar dan syukur, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ
لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Begitu pulalah yang pernah disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله تعالى
ما يصنع أعدائي بي؟ أنا جنتي وبستاني في صدري، أين رحت فهي معي لا تفارقني، أنا حيسي خلوة، وقتلي شهادة، وإخراجي من بلدي سياحة.
"Apa yang akan dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku..? Aku, surga dan dan kebunku dalam dadaku. Kemana pun aku pergi, ia selalu bersamaku. Jika aku dipenjara, maka ia bagiku khalwat (bersendirian dengan Allah). Jika aku terbunuh, maka ia bagiku kesyahidan. Jika aku diusir dari negeriku, maka bagiku ia adalah wisata."
Dan juga pesan dari seorang ulama mujahid kontemporer Syaikh Abu Qotadah al Filistini حفظه الله تعالى, kuncinya ada 3 yaitu sabar, syukur dan istighfar.
5. Semboyan "Merdeka atau Mati" adalah disadur dari slogan Islami عش كريما أو مت شهيدا hidup mulia atau mati syahid.
6. Mati Syahid itu adalah bonus, sedangkan tujuan utama jihad adalah menghilangkan fitnah (musibah), menyelamatkan para mustadh'afiin dan tathbiqu syari'ah. Jangan malah dibalik menjadi bertujuan mati syahid, dan justru menjadi bagian dari mustadh'afiin.
Perang itu ada masa jeda atau istirahatnya, sedangkan i'dad itu berlangsung terus baik fisik maupun iman. Oleh karenanya i'dad itu lebih berat daripada perang.*
Wallahu a'lam.
Sumber: grup watsapp Anshar syari'ah java
Editor: Sayiaf
0 komentar:
Posting Komentar