Dalam masa-masa fitnah seperti ini ditekankan untuk melakukan beberapa hal :
1 Menyibukan diri dalam menuntut ilmu dan meraihnya, mengajak manusia dan menyemangati mereka untuknya, mengikat manusia dengan para ulama-ulama yang jujur dengan para dai-dai yang mushlih yaitu yang mengatakan kebenaran di mana pun kakinya berpijak dan mereka tidak takut di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang mencela, mereka itulah ath tha’ifatul manshurah dan firqatun najiyyah. Mereka itulah para imam yang membimbing kepada petujuk dan mereka itulah lentera-lentera di dalam kegelapan yang dengan keberadaan mereka. Al Qur'an menjadi tegak dan mereka menegakkan Al Qur'an dengan keberadaan mereka Al Qur'an diterapkan dan mereka menerapkan Al Qur'an. Allah سبحانه وتعالى berfirman,
"Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." (QS. Al Ahzab: 39)
yaitu Allah yang memberi kecukupan, bantuan, dan pertolongan.
Dan Allah berfirman,
ﺃَﻟَﻴْﺲَ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜَﺎﻑٍ ﻋَﺒْﺪَﻩُۥ
“Bukankah Allah yang memberi kecukupan kepada hamba-Nya..?”
(QS. Az Zumar : 36)
yaitu Allah melindungi hamba-Nya dari keburukan yang menggangunya dan dari keburukan musuh-musuhnya.
Yang terpenting ialah hendaknya setiap muslim menjalankan perintah Allah dalam kondisi apa pun, berjihad di atas agama Allah dengan lisannya, hartanya, dan jiwanya. Janganlah terpengaruh dengan orang yang menelantarkannya maupun yang menyelisihinya karena Allah تعالى telah menjamin pertolongan dan bantuan.
Ketika Nabi telah mengabarkan tentang keberadaan orang-orang yang menyelisihi dan menentang orang yang menjalankan perintah Allah, seolah ini merupakan bentuk penghibur untuk mereka sehingga sorakan orang lain, perlawanan, tuduhan bidah, sesat, fasik, dan semisalnya dari mereka hakikatnya ini menjadi penguat bagi yang menjalankan perintah Allah.
Telah diriwayatkan secara mutawatir kepada Nabi dari lima belas orang sahabat bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tiada henti-hentinya sekelompok dari umatku di atas kebenaran, mereka tidak terpengaruh dengan yang menelantarkannya dan menyelisihinya hingga datang urusan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
Juga disebutkan dalam Shahih Muslim hadis dari ‘Uqbah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tiada henti-hentinya sekelompok dari umatku berperang di atas kebenaran, mereka tidak terpengaruh dengan yang menyelisihinya hingga datang urusan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
Dan dalam Sunan Abu Dawud pada riwayat Hammad bin Salamah dari Qatadah, begitu juga hadis dari Mutharrif dari 'Imran disebutkan, “Hingga akhir dari mereka memerangi Dajjal.”
2 Bersungguh-sungguh dalam beribadah, berupaya menunaikan kewajiban-kewajiban, seperti shalat, shaum, sedekah, dan hak-hak Allah lainnya, bersegera melaksanakannya dengan cara yang diinginkan syariat. Juga berhenti dari perbuatan-perbuatan yg diharamkan, yaitu apa-apa yang Allah larang berupa setiap perbuatan keji, meminum khamr, riba, gibah, namimah, durhaka kepada orang tua, memutus tali silaturahmi, dan semisalnya. Kemudian bersegera dalam melaksanakan amalan-amalan sunah.
Sebagaimana di dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Al Bukhari di dalam sahihnya melalui riwayat Khalid bin Makhlad Al Qathuwani, ia berkata, telah menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Bilal dari Syarik dari ‘Atha dari Abu Hurairah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda dengan apa yg diriwayatkan dari Rabb-nya, “Tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya, dan jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi pengelihatannya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia berbuat, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, jika ia meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka akan aku beri perlindungan.”
3 Menolong kaum muslimin di mana pun dan waspada dari terlepas dari itu karena menolong kaum muslimin merupakan yang membuktikan adanya persaudaraan keimanan, sebagaimana Allah berfirman,
ﻭَﭐﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﻭَﭐﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَٰﺖُ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎٓﺀُ ﺑَﻌْﺾٍۚ
“Mukmin laki-laki dan perempuan sebagiannya adalah wali bagi sebagian yang lainnya,” (QS. At Taubat: 71) yaitu sebagiannya menolong sebagian yang lainnya.
Sekarang kita menyaksikan bagaimana kaum munafik saling tolong-menolong dengan salibis dan salibis memerangi kaum muslimin, lalu apa yang kita perbuat untuk saudara-saudara muslim kita di setiap tempat..? Apa yang kita berikan untuk mereka..? Sedangkan Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda dalam Shahih Muslim bahwa seorang muslim, “Tidak menelantarkan (muslim lainnya).” Terlepasnya diri dari menolong kaum muslimin dengan jiwa, harta, doa, atau lisan merupakan di antara bentuk dari bentuk-bentuk kehinaan dan perbuatan tersebut mendapat ancaman yang pedih.
[Syekh Sulaiman Nasir Ulwan, Washayya fi Auqatil Fitan]
telegram.me/yurakosan,/WA Abu Hazm
Editor Sayiaf
0 komentar:
Posting Komentar